Minggu, Maret 15, 2009

Integritas Berklaster

Pihak yang “berkeinginan” mengembangkan/memperkuat klaster industri di Indonesia rasanya semakin banyak. Setidaknya itu kesan yang saya tangkap dari berbagai kesempatan dalam waktu belakangan ini.
Ternyata perlu waktu sekitar sepuluh tahun untuk sampai kepada semangat seperti saat ini di Indonesia. Mudah-mudahan saja semangat ini terus menguat dan diiringi implementasi yang baik [baca : sungguh-sungguh dan berkelanjutan].
Mengapa ini penting? Banyak konsep/pendekatan pembangunan yang dinilai berhasil di negara lain, kandas dalam implementasi di Indonesia. Saya tidak khawatir ”kegagalan ini” karena ”kemampuan teknis”. Bukan hendak menyombong. Tapi saya kira kemampaun orang Indonesia tidak kalah dari kemampuan orang manapun.
Saya lebih khawatir soal yang lain. Integritas misalnya. Mungkin Anda sering bertemu dengan, atau menghadir acara yang juga dihadiri oleh pejabat (penentu kebijakan), tingkat nasional ataupun daerah, berucap akan melakukan ”ini-itu” – termasuk akan mengembangkan klaster industri - dalam forum-forum resmi. Tetapi dalam realita selanjutnya tidak diikuti dengan tindakan kongkrit yang konsisten. Dari sehimpunan orang yang menaruh minat dalam klaster industri, boleh jadi ada sebagian yang tidak benar-benar hendak berklaster.
Maaf ini, memang jadi terdengar”klise”. Tapi saya ingin mengingatkan saja. Memperkuat klaster industri, tidak cukup diucap. Perlu sikap dan tindakan yang sejalan, dilakukan konsisten dan berkelanjutan. Jika tidak, upaya yang dilakukan hanya akan buang waktu dengan menggunakan istilah mentereng [= ”klaster industri”].
Mengembangkan/memperkuat klaster industri memerlukan penentu kebijakan dan para aktor yang memiliki integritas untuk berklaster. Jika ingin mengembangkan/memperkuat klaster industri, ajaklah mitra yang memiliki integritas . . .

Salam.

Baca Selanjutnya...

Sabtu, Januari 24, 2009

Agent of Change dan Technopreneur

Jumat, 23 Januari 2009 merupakan salah satu hari istimewa saat ada acara silaturahim dengan dua tokoh nasional di BPPT, yaitu Prof. Dr. Emil Salim dan Dr. Ir. Ciputra.
Prof. Emil Salim mengungkapkan bahwa kata kunci pembangunan adalah “ide”. Dia meyakini bahwa BPPT merupakan gudang para orang beride. Karena itu, besar harapannya bahwa BPPT menjadi agent of change di Indonesia dan melihat ke depan.
Pak Emil juga mengingatkan bahwa Indonesia bukan sekedar memiliki kekayaan sumber daya, tetapi memiliki unique tropical resources, sebagai archipelago yang juga merupakan kekayaan yang menjadi dasar bagi local wisdoms.
Pak Emil mengapresiasi cincin Perekayasa Utama Kehormatan yang diberikan oleh Kepala BPPT dan mengaitkannya dengan peran BPPT agar cincin tersebut menjadi tanda sebagai pemberi harapan Indonesia ke 2030.
Sementara itu, pebisnis terkemuka Ciputra yang juga memperoleh cincin Perekayasa Utama Kehormatan mengingatkan bahwa Indonesia baru sampai pada “yang diinginkan” tetapi belum pada “yang menjadi kenyataan.” Pak Ciputra menyampaikan pentingnya kemampuan untuk melaksanakan “bagaimana” agar yang dihasilkan oleh BPPT dan lembaga lain bermanfaat bagi masyarakat. Untuk itu, tegasnya, kita perlu mendidik dan melatih masyarakat untuk mendorong tumbuh-berkembangnya entrepreneur.
Pak Ci mengusulkan agar BPPT menjadi salah satu Technopreneur (Technopreneurship) Center di Indonesia. Diingatkannya pula bahwa ini tidak mudah. Setidaknya butuh waktu 5 – 10 tahun untuk mempersiapkan para tenaga-tenaga muda bersemangat technopreneur demikian.
Pandangan kedua tokoh ini memang sangat kontekstual dengan semangat mengembangkan/memperkuat sistem inovasi dan klaster-klaster industri di Indonesia dalam rangka meningkatkan daya saing dan kemandirian bangsa. Barangkali pandangan dan harapan kedua tokoh nasional ini juga dapat menjadi pemacu reformasi birokrasi di BPPT.
Wallahu alam bissawab . . .
Salam.

Baca Selanjutnya...

Rabu, Januari 14, 2009

Klaster Industri : Google Pagerank, Alexa Traffic, Link Popularity . . . dan Kopi Hitam

Ya benar, saya tidak akan membahas khusus tentang google pagerank seperti yang disinggung di sini atau ini, juga tentang alexa traffic yang di sini, atau pun link popularity.
Mengapa? Ini sudah sering dibahas di banyak blog, saya bukan ahlinya, dan bukan itu maksud utama tulisan ini. Lalu mengapa judulnya seperti itu?
Ini karena ada kaitan dengan tema blog ini : klaster industri. Terkadang saya menggunakan analogi-analogi untuk menjelaskan atau mendiskusikan ”fenomena” tertentu dalam klaster industri ini. Kali ini saya ingin kaitkan dengan istilah-istilah yang sering menjadi ”ukuran keberhasilan” kalangan blogger, seperti pagerank, traffic, popularity, search engine ranking dan sebagainya . . .
Esensi klaster industri terletak bukan hanya pada keberhasilan mencapai ”hasil akhir” tetapi juga proses penciptaan nilai (value creation) dan kekuatan rantai nilai (value chain) dari ”keseluruhan” rantai nilai relevannya [menurut beberapa pakar, himpunan dari banyak entitas tentang ini sering disebut value system]. Bayangkan keserupaan ini dengan konteks nge-blog, termasuk berkaitan dengan kualitas konten blog kita [memiliki nilai kemanfaatan atau tidak] yang kita deliver kepada pembaca, dan bagaimana pembaca/pengunjung ”mengkonsumsi”-nya, serta bagaimana ”jejaring dari blog tersebut” dan ”jejaring pengunjung”-nya terbangun.
Manakala konten suatu blog misalnya, dinilai ”berguna” oleh pengunjung [apapun ukuran kegunaannya tersebut], dikunjungi berulang kali, terbangun jejaring yang saling terkait antarblog atau web, maka pagerank, traffic, popularity dan beberapa ukuran lain ”meningkat.” Lho, bagaimana dengan blog yang berisi junk tetapi ternyata menunjukkan indikator-indikator yang tinggi? Ya tentu itu pencerminan dari ”nilai” (values) yang dianut oleh si penyedia konten blog dan pengunjung blog tersebut, serta ”transaksi” antarmereka. Ini termasuk ”transaki” kunjungan dan ”klik saja,” sekalipun mungkin saja si pengunjung tidak pernah menghiraukan konten dari blog yang dikunjunginya sama sekali.
Klaster industri pun demikian. Mau contoh? Banyak acara hiburan di televisi, sekalipun ”konten”-nya dinilai oleh sebagian pemirsa sangat ”murahan, tidak mendidik, tidak etis, dan sebagainya”. Tapi boleh jadi itu diminati oleh sekelompok pemirsa lain [yang tentu saja memiliki nilai berbeda], menjadi sangat ”laku” sehingga juga menarik berbagai pelaku bisnis lain untuk beriklan atau membangun jejaring, dan pada akhirnya ”berhasil” secara komersial. Jadi, ”nilai komersial” adakalanya [jika tidak seringkali] tak berkaitan dengan ”nilai kultural” yang dianut (misalnya menyangkut benar-salah, baik-buruk, dan sebagainya).
Setidaknya ada tiga hal yang ingin saya catat di sini. Pertama, aktivitas kita [nge-blog, memperoleh manfaat dari blog dan berklaster industri] ditentukan oleh nilai (values) yang kita yakini dan nilai (value) yang ingin kita sampaikan atau kita peroleh. Kedua, perkuatan nilai terjadi jika transaksi antara pihak ”penyedia” dan ”pengguna” mendukung hal tersebut. Transaksi yang saling-menang (win-win / mutually beneficial transactions) yang sebenarnya tidak akan terjadi secara berkelanjutan antara pihak yang berbeda nilai, walaupun bisa terjadi transaksi yang bersifat sesaat. Jadi, klaster industri yang tangguh pun hanya akan terbangun manakala para pihak (pelaku bisnis, konsumen, dan pihak terkait lainnya) adalah pelaku-pelaku yang memiliki niat dan ikhtiar yang baik. Pada akhirnya, citra tentang klaster industri tertentu akan ditentukan oleh bagaimana mereka (para pelaku) menjalankan bisnisnya. Kata orang sono : you are what you are doing . . .
Ketiga, ukuran “keberhasilan” tidaklah bebas nilai. Banyak pebisnis yang sangat kaya secara materi. Tetapi boleh jadi itu diperoleh dari praktik bisnis yang tidak legal atau bertentangan dengan nilai-nilai tertentu yang diyakini masyarakat. Tentu pilihan pelaku bisnis, penentu kebijakan, dan kita semua, klaster industri yang bagaiman yang hendak kita perkuat di daerah atau negara kita.
Ini identik dengan apa yang saya baca di beberapa blog yang membahas seputar konten, pagerank, traffic dan popularity. Konon, banyak blog yang memiliki pagerank, traffic, dan populairty yang sangat tinggi, tetapi mungkin saja tidak mempunyai konten bermanfaat bagi masyarakat/kelompok orang lainnya. Tetapi banyak juga blog dengan indikator-indikator yang tinggi dan sekaligus mempunyai konten yang sangat bermanfaat bagi masyarakat kita. Tentu saja banyak pula blog yang kontennya baik berindikator rendah, dan blog dengan konten "@+?" yang berindikator rendah pula.
Ok, tidak perlu Anda nilai - saya akui blog ini masih“ecek-ecek”, tetapi niatnya ingin berbagi informasi yang mudah-mudahan bermanfaat. Semoga ke depan dapat diperbaiki.
Saya juga belajar pelan-pelan untuk meningkatkan efektivitas tersampaikannya informasi dan melihat “kemunculan” di search engine dengan penggunaan keyword yang sesuai. Konon ini mempengaruhi seberapa besar peluang blog kita “dilirik” oleh search engine dengan menggunakan keyword tertentu. Silahkan jika luang, bantu mengintip mencari di google dengan keywords yang biasanya saya tekankan dalam konten blog terkait, yaitu : sistem inovasi, kebijakan inovasi, klaster industri, atau opini pribadi. He he . . Tentu saja untuk yang terakhir muncul juga blog saya, wong pancen kata kuncinya nama saya . . .
Nah, identik dengan blog, maka indikator demikian pun menjadi umpan balik penting bagi langkah-langkah penguatan klaster industri [sekali lagi tentu kembali kepada nilai-nilai yang ingin kita bangun]. Para pelaku bisnis dan pemerintah serta para pemangku kepentingan lainnya (stakeholders) perlu duduk bersama untuk mengevaluasi, dan kemudian merumuskan serta menyepakati langkah ke depan yang perlu diambil.
Sampai bagian ini, mungkin masih ada yang terheran-heran atau gregetan . . kok ”muter-muter” sih penjelasannya, pakai analogi segala?
Kalau ingin bahasan ”serius” tentang klaster industri, ya silahkan baca literaturnya. Banyak yang dapat diakses di internet. Kemudian, kita dapat berdiskusi lebih lanjut.
Quiz : kira-kira blog ini, dengan blog ini, dan blog ini serta blog ini memiliki keterkaitan dan bermanfaat atau tidak ya? Silahkan dikomentari.
Sementara itu, saya mengerjakan tugas-tugas lain sembari menikmati secangkir kopi hitam . . .

Salam

Baca Selanjutnya...

ARTIKEL TERAKHIR

KOMENTAR TERAKHIR

Creative Commons License
Blog by Tatang A Taufik is licensed under a Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0 United States License.
Based on a work at klaster-industri.blogspot.com.
Permissions beyond the scope of this license may be available at http://tatang-taufik.blogspot.com/.

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP