Senin, Desember 29, 2008

Pemikiran di Balik Klaster Industri : Bagian Akhir

Pada posting sebelumnya, saya telah membahas 3 (tiga) teori/konsep tentang klaster industri, yaitu: lingkungan inovasi, persaingan atau kompetisi kooperatif (cooperative competition), dan persaingan antarindustri (interfirm rivalry).
Mari kita lanjutkan diskusi tentang beberapa pemikiran/konsep di balik klaster industri. Dalam artikel ini, saya sampaikan ringkasan dua konsep terakhir tentang klaster industri, yaitu path dependence dan ”efisiensi kolektif” (collective efficiency).

5. Path Dependence
Model-model polarisasi, core-periphery, dan kausalitas kumulatif semuanya merujuk kepada kecenderungan yang akan lebih memperkuat bagi daerah untuk terus maju atau mundur.
Jika teori neoklasik mengasumsikan constant returns, yang tidak memberi ruang bagi eksternalitas (mendominasi pandangan atas pandangan mainstream pertumbuhan daerah hingga tahun 1980-an), maka teori pertumbuhan baru (new growth theory) mengasumsikan kemungkinan peran increasing returns. Teori pertumbuhan baru memandang bahwa suatu keunggulan komparatif yang terbentuk di suatu daerah atau negara (apakah karena faktor “kebetulan,” distribusi sumber daya alam, ataupun fenomena yang bersifat non perilaku) akan sangat mungkin menguat sebagai akibat dari eksternalitas ekonomi.
Dalam ekonomi internasional yang “baru” pun, faktor increasing returns dalam perdagangan berimplikasi pada kemungkinan pola perkembangan yang sangat terkonsentrasi secara geografis, termasuk perbedaan dalam pendapatan dan penyerapan kerja antar daerah. Eksternalitas yang berkaitan dengan pengetahuan sangat mungkin menjadi fenomena lock-in effect, yang membuat suatu daerah mempunyai kelebihan dalam bidang tertentu (yang didukung oleh pengetahuan terkait yang berkembang) dibanding dengan daerah lainnya. Bagaimana kemungkinan hal ini terjadi ataupun berlanjut nampaknya lebih merupakan persoalan empiris.
Istilah path dependence dalam hal ini mengacu kepada keadaan umum di mana pilihan teknologi, walaupun nampaknya tidak efisien, inferior, ataupun yang suboptimal, akan mendominasi alternatif/pilihan lainnya dan akan “memperkuat” terus (self-reinforcing), walaupun ini tak berarti bahwa dengan upaya intervensi yang cukup signifikan, hal tersebut tak dapat diubah.
Diskusi tentang papan ketik (keyboard) dengan model QWERTY (sejak penemuan awal hingga era komputer kini), atau industri karpet di Dalton, Georgia (Amerika Serikat) adalah di antara beberapa contoh “klasik” akan hal ini. Walaupun tidak ada lembaga riset tentang teknologi karpet di perguruan tinggi setempat, tak ada produsen karpet dan tidak sejarah pembuat karpet di antara pekerja setempat, namun skala ekonomi dan eksternalitas dinilai telah memperkuatnya dan membuat Dalton menjadi pemimpin dalam produksi karpet. Path dependence dinilai mempunyai implikasi geografis yang jelas karena kenyataannya bisnis (menurut kaidah umum) akan berklaster dalam ruang.
Meyer-Stamer (1998) mengungkapkan, karena teknologi bisa bersifat path dependent, maka lintasan (trajectory) dari perkembangan daerah juga dapat bersifat path dependent. Hal ini nampaknya juga berimplikasi pada pentingnya bagi suatu daerah untuk memiliki kepeloporan (sebagai first-mover) untuk dapat berhasil dalam proses pembangunan.
Beberapa bukti empiris di Tanah Air juga mengindikasikan bahwa daerah-daerah tertentu mempunyai kelebihan dari daerah lainnya dalam bidang tertentu, yang dilandasi oleh pengetahuan/keterampilan spesifik terkait, yang berkembang dari waktu ke waktu. Walaupun, karena proses inovasi yang relatif lambat (misalnya karena relatif rendahnya tingkat pendidikan) dan/atau faktor lainnya, hal ini tak selalu menjadi keunggulan daerah yang terus terpelihara. Daerah lain seringkali dapat “meniru” dan bahkan mengungguli apa yang sebelumnya menjadi kelebihan suatu daerah (yang ditirunya).

6. Efisiensi Kolektif (Collective Efficiency)
Selain kelima hal yang telah disampaikan, Schmitz (1997) adalah di antara yang menelaah faktor/isu “lain” sehubungan dengan klaster industri. Ia menekankan adanya “efisiensi kolektif” (collective efficiency) dari suatu klaster industri yang berkontribusi pada keunggulan daya saing perusahaan. Artinya, perusahaan-perusahan dan organisasi terkait lainnya dapat termotivasi oleh ekspektasi adanya efisiensi kolektif yang dapat/akan diperolehnya jika “bergabung” dalam suatu klaster industri tertentu.
Efisiensi kolektif ini teridiri atas dua aspek dan kombinasi dari keduanya akan beragam antara suatu klaster dengan lainnya dan juga berkembang dari waktu ke waktu, yaitu:

  1. Ekonomi eksternal lokal/setempat (local external economies) : yang berkaitan dengan manfaat ekonomi yang muncul dari terkonsentrasinya perusahaan di suatu tempat/wilayah geografis. Ini bersifat insidental (tidak direncanakan), dan “pasif.”
  2. Tindakan/aktivitas bersama (joint action) : yang berkaitan dengan manfaat yang diperoleh akibat upaya yang dengan sadar direncanakan dan dilakukan bersama oleh anggota klaster. Elemen ini merupakan elemen yang sengaja direncanakan dan adakalanya disebut elemen “aktif.”

Kedua aspek tersebut dapat memberikan dampak, baik yang bersifat statik maupun dinamik, yang akan mempengaruhi bagaimana perkembangan suatu klaster dari waktu ke waktu.

Pembaca yang baik, saya telah selesai menyampaikan keenam teori/konsep utama tentang klaster industri secara sangat ringkas dalam blog ini.
Semoga bermanfaat.
Untuk rujukan dan/atau diskusi lebih lanjut, silahkan tinggalkan pesan dalam kotak komentar atau kunjungi blog opini pribadi saya.

Salam.

17 comments:

Atca 29 Desember 2008 pukul 08.31  

Walah makin hebuat aja nih pakde..
Ditempatku sudah masuk kategori Collective Efficiency deh..sudah banyak perusahan2 yg andil..tapi beberapa dimanfaatkan pemda setempat....
masih nyambung ngga pakde...mumet nih....he..he..

Anonim,  29 Desember 2008 pukul 08.37  

krn muter2 gak nemu shoutbox, akhirnya aq meninggalkn jejak di sini aja ya pekde :)
pakde aq gak ngerti tehknik, jd berat baca postingan pakde ini.
jgn marah ya pakde,klo aq gak mudeng, maklum rada oon , hickz
tp walaupun gak mudeng postingannya kan kita ttp bs menjalin silaturohim.
sukses selalu utk pakde

Pakde 29 Desember 2008 pukul 15.04  

4 Mbak Atca : Ya, itu salah satu bentuk efisiensi kolektif, jika perusahaan2 yg "berkelompok" tsb memperoleh kemanfaatan efisiensi ekonomi dari berkelompok tsb [asal gak cuma ngerumpi-ngerasani he he . .].
4 mbak Else - Bu Guru : saya bukan guru jadi tentu gak akan marah he he . . . Jangan khawatir, itu kan krn perbedaan bidang mbak. Perbedaan bisa menjadi rakhmat . . . Itulah gunanya silaturahim, utk memperoleh Rakhmatullah . . .
Salam

Anonim,  29 Desember 2008 pukul 17.24  

mantap pade.. salam sukses selalu..

Pensil 29 Desember 2008 pukul 21.10  

Pakde... saya bingung milih wakil rakyat, hampir tidak ada perbedaan dalam visi dan misi serta platform yang diusung. Khususnya bagi partai-partai besar.

Yang lebih pusing adalah penjualan aset-aset negara yang terus berlanjut dan membahayakan bagi kemandirian ekonomi. Dengan menjual aset negara, pemerintah telah membiarkan pihak luar mengontrol Indonesia. Gimana ini ya, Pakde...

Pakde, tolong terangkan tentang ekonomi pasar bebas atau ekonomi liberal bagi perkembangan Indonesia dan pengaruhnya bagi masyarakat.

Maaf, ngerepotin...

Na 30 Desember 2008 pukul 15.55  

Makasih y pakde da ngsih komen dposting saia.. Iyah saia pgwai pemda di kab.tapin, kalsel, pakde tau daerah saia gak? Emank lumayan jauh jg siy dr banjarmasinnya.. Pakde ndiri kerjanya dmana siy? Kalo boleh tau.. Mbaca blognya pakde ini ngsih byk bgt pngtahuan...

Sop Iga Sapi Cirebon 2 Januari 2009 pukul 17.14  

Pa kabar a'ang tercayang...
Ang, supaya bule ama pale bisa ngerti
juga postingan ini, pasang google translate yuk,
http://bahasajepangzenbae.blogspot.com/2009/01/memasang-
google-translate-di-blog.html

Anonim,  5 Januari 2009 pukul 09.08  

Saya baru baca yang terakhir Pakde jadi masih belum nyambung, harus dimulai dari awal bacanya.

Yang sebelumnya buat tar sore aja ya Pakde, mau ngerjain tugas dulu he..he.

Salam.

budhe 5 Januari 2009 pukul 19.21  

turut manggut manggut aja ah... abisnya industri besar banyakan milih didirikan di daerah yg mang sudah maju jadi daerah lain mengkered dan nrimo penduduknya pada ngungsi he..walha.. ga' nyambung yach..
Top dech pokonya jempol semua orang buat Pakde he..
Mantab..
l

Tatang Taufik 5 Januari 2009 pukul 20.50  

@ Budhe Amirul : Komentarnya nyambung lho . . . Memang di negara "sono" kehadiran industri besar bermanfaat dalam menjalin kemitraan yang saling menguntungkan, saling memperkuat dg industri2 yg lebih kecil, shg bisa terbangun klaster industri yg kuat. Tidak sebaliknya, perusahaan besar "memarjinalkan" yg lebih kecil dan lebih lemah . . . Esesni berklaster dpt dianalogikan dg ibadah berjamaah. Kita diperintahkan bersaing [berlomba beribadah], dan dg berjamaah justru nilai [pahala] yg diperoleh dijanjikan lebih besar . . . Asal berjamaahnya dlm rangka bersaing/berlombanya dlm berbuat kebaikan, bukan berjamaah dlm kejahatan . . .

nagare 22 Januari 2009 pukul 12.18  

mo tanya klo buku mengenai karakteristik aktivitas klaster yang dilihat pada nilai 3C pa an y? tq

Klaster Industri 23 Januari 2009 pukul 13.21  

@ nagare : Mohon maaf, saya tidak paham yang Anda maksud. Agar dijelaskan.

tata 3 April 2009 pukul 10.56  

mo tny klo medel pengembangan klaster industri yang dilihat dari efisiensi kolektif seperti apa y?

Klaster Industri 4 April 2009 pukul 09.19  

@ tata : contoh kongkrit dari "efisiensi kolektif" yang bisa banyak ditemui di Indonesia adalah kawasan industri atau sentra-sentra industri, sentra perdagangan, dan sejenisnya . . . Untuk kepentingan pengembangan klaster industri, maka himpunan industri yang terlokalisasi spt itu dapat menjadi salah satu entry point-nya.

http://azrafikriansyah.blogspot.com 14 Agustus 2010 pukul 14.34  

bagaimana menurut Pak De, faktor apa yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya kluster UKM di Indonesia? effisiensi kolekti, kebijakan pemerintah ataukah modal sosial?

http://azrafikriansyah.blogspot.com 14 Agustus 2010 pukul 14.35  

bagaimana menurut Pak De, faktor apa yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya kluster UKM di Indonesia? effisiensi kolekti, kebijakan pemerintah ataukah modal sosial?

Rizka 24 Januari 2012 pukul 09.45  

pak referensi yang bisa saya baca lagi pap yaa.. buat tugas akhir saya...

apa bapak sudah membuat buku ttg hal ini?

mohon bantuannya
terimakasih

ARTIKEL TERAKHIR

KOMENTAR TERAKHIR

Creative Commons License
Blog by Tatang A Taufik is licensed under a Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0 United States License.
Based on a work at klaster-industri.blogspot.com.
Permissions beyond the scope of this license may be available at http://tatang-taufik.blogspot.com/.

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP